ATEJADI, GADIS PEMETIK KOPI KARO, Korean Coffe Import

Minggu 29 April. KUALA NAMU, 07:00, Atejadi dengan sebuah koper roda empat ukuran 50 x 50cm menunggu pengumuman Sriwijaya Air dengan penerbangan Medan Jakarta. Berpakain formal, mini jas dan rok sebatas lutut, serta selendang syal uis[1] Karo mengantung dipunaknya. Sepatu hitam hak tinggi membuat Atejadi terlihat sangat elegan. Tak lupa anting kecil tetap terlihat di kedua teligannya. Kalung berhiaskan bunga kopi pemberian DR. Thelma Gomez juga ia pakai. Atejadi, gadis pemetik kopi kini berubah menjadi business woman. Parfum aroma kopi latte menyebar dari tubuhnya. Parfum pemberian Dionnisia, teman kelasnya dulu di UI yang kini bekerja sebagai dosen di Universitas Trisakti, pencinta kopi. Stelan formal kaku seperti ini bukan hal aneh baginya, selama bekerja sebagai teknisi informatik di BNI sesekali ia harus memakai stelan forma seperti itu saat bertemu dengan client atau menghadiri rapat pimpinan bank.

Sesekali Atejadi melihat jam di ruang tunggu bandara kebanggan Sumatera Utara tersebut. Design modern, langit-langit yang tinggi, pemanfaatan kaca tembus pandang, membuat Bandara Kuala Namu menjadi salah satu bandara terbaik di Indonesia.

Sembari menunggu pengumuman untuk segera masuk pesawat, Atejadi membolak-balik buku The History of Coffee yang sengaja ia bawa sebagai teman dalam perjalanan menuju pameran kopi nusantara yang diadakan oleh Kementrian Koperasi dan UKM. Gadis lulusan Swiss ini terlihat penuh percaya diri, berpindah dari satu pesawat ke pesawat yang lain bukan hal baru dalam hidupnya. Sejak mendapat kesempatan studi di Swiss, ia menjadi wanita yang terbiasa dengan paspor dan tiket pesawat di tangan. Tetapi kali ini bukan penerbangan turis atau studi. Penerbangan bisnis. Atejadi membawa 2 kilo green bean kopi Karo Sigarar Utang dengan  finishing paca panen semi wash, dan satu kilo roasted bean yang disangrai di rumah roastry Kopita Berastagi. Dan sebuah booklet tentang kopi Juma Raja dalam bahasa Inggris. Awalnya Atejadi hanya membuat sebuah singel paper penjelasan kopi Juma Raja, tetapi akhirnya ia membutuskan membuat booklet dengan keterangan lebih detail tentang kopi Karo asal desa Juma Raja. Pada halaman depan booklet itu, Atejadi menempatkan semua informasi utama, SINGLE ORIGIN COFFEE FROM KARO HIGLAND. Kalimat ini ditulis dengan huruf besar sehingga langsung menyita perhatian. Masih dengan form huruf yang sama tetapi font yang berbeda tertera floral, complex flavor, fresh & rich acidity, chocloate caramel, long after taste.

Seorang lelaki bermata sipit, rambut lurus membawa tas segi empat dari kulit halus memberikan isyarat agar bisa duduk di sebelah Atejadi, satu-satunya kursi yang masih kosong di ruang tunggu gate 7 tersebut.

Atejadi membalas body language itu dengan uluran tangan sebagai tanda persetujuan bahwa lelaki Asia itu bisa duduk. Terkesan bukan orang Indonesia dari caranya meminta izin untuk duduk tersebut. Cina, Jepang atau Korea, begitulah tebakan yang muncul di benak Atejadi.

To Jakarta?” Si cowok membuka pembicaraan setelah duduk beberapa saat.

Yes.” Jawab Atejadi singkat dan melihat sejenak si cowok putih.

“Kerja di Jakarta?” Si cowok mengubah irama percakapan menjadi lebih beraroma nusantara dengan bahasa Indonesia yang semakin memperlihatkan bahwa dia bukan orang Indonesia.

“Oooo, bisa hahasa Indonesia!” Puji Atejadi dengan senyum tipis.

“Sedikit.” Balasnya dengan senyum tipis juga. Suasana sepertinya sudah cair. Atejadi memutar otaknya untuk memulai menerapkan ilmu dagang kopi. Ini adalah latihan pertama sebelum pameran yang sesungguhnya di Jakarta.

“Saya ikut pameran kopi.” Atejadi langsung masuk dalam tema inti. Kopi. Ia berharap pemuda putih itu juga tertarik dengan kopi.

I like coffee.” Si cowok putih terlihat tersenyum dan mata sipitnya terbuka lebih lebar, tetapi tetap saja sipitnya tak hilang.

Perfect!” Atejadi dengan gesit membuka kopernya dan langsung mengeluarkan dua bungkusan kopi. Baginya, kesempatan adalah peluang. Mana tahu si cowok putih yang belum tahu asal usulnya, apalagi namanya bisa menjadi contact person atau perantara dengan pebisnis kopi. Atejadi selalu berpikir positif.

Begitu Atejadi membuka bungkusan plastik merah berisi roasted bean, aroma kopi tiba tiba keluar menyerbu indra penciuman si cowok putih. Tanpa permisi ia meraih bungkusan merah dari tangan Atejadi. Sentuhan kecil tangan si cowok putih sempat menyentuh jemari lentik Atejadi. Ia pura-pura tidak menghiraukan sentuhan itu, tapi ia bisa merakan si cowok putih memiliki kulit lembut dan halus.

I’m looking for coffee for Corean market.” Katanya setelah mengendus dengan si biji coklat kopi Dokan. Diambilnya satu butir, lalu digigitnya, dikunyah dan dirasakannya bulir-bulir kecil kopi itu bergerak di dalam mulut.

“Bagaiamana?” tanya Atejadi berharap positif sembari menatap mata sipit cowok putih yang kini ia tahu berasal dari Korea. Sebuah kesimpulan matematis sosial saja, kalau si cowok mencari pasar kopi untuk Korea, berarti ia orang Korea.

“Saya bisa bawa sampel untuk saya uji di lap kami di Jakarta?” Sebuah pertanyaan yang sangat ditunggu-tunggu setiap pedangang kopi.

Well….I would like to tapi saya harus ikut pameran. Semua ini untuk bahan pameran….”

Belum selesai Atejadi memberikan alasan, si cowok putih memotong, “Pameran kopi di Kementrian Koperai dan UKM?”

Pucak dicinta ulam pun tiba. Atejadi sudah menemukan a big buyer sebelum pameran dimulai. Nasib baik datang pada saat kita tidak rencanakan tetapi sudah kita persiapkan. Atejadi tidak pernah tahu mengapa si cowok putih itu duduk di sampingnya dan membuka percakapan. Atejadi tidak pernah tahu mengapa ia memilih tempat duduk itu dan mengapa hanya ada satu tempat duduk kosong di ruang tunggu itu. Apakah kopi punya roh yang mampu menarik dan mempertemukan orang yang memiliki kecintaan yang sama pada kopi. Atejadi tidak menemukan jawaban, terlalu banyak kebetulan pagi itu. Ia jadi ingat pesan almarhum Nini Bayang, dimuka bumi ini tidak ada yang kebetulan, lakukan apa yang kamu anggap baik dan benar, maka Tuhan akan menunjukkan teman seperjalanan untukmu.

Atejadi memejamkan sesaat matanya saat si cowok putih mengeluarkan kartu nama. Tertera dalam kertas segi empat ukuran mini itu Kim See Joo, direktur. Korean Coffee Import. Informasi selanjutnya tidak lagi perlu bagi Atejadi.

Aroma bunga kopi seperti berada di depan hidungnya saat ia beranjak dari tempat duduk dan memasuki pesawat bersama pemuda Korea yang mengikutinya dari belakang. Keduanya berangkat ke acara yang sama, di tempat yang sama untuk tujuan yang sama. Kopi.

Atejadi melihat senyum pramugari Sriwijaya seperti melihat senyum Nini Bayang, yang selalu mengingatkan bahwa yang terpenting dari kopi adalah akarnya. Ia terbang bersama Korean Coffe Import dengan aroma bunga kopi di dalam cabin pesawat.

 

catatan kaki

[1] Uis… baju adat Karo.

 

(Advent Tambun, …05.2018)

ATEJADI, GADIS PEMETIK KOPI KARO 

BAB LANJUTAN

_____________

IKLAN

PESAN KOPI KARO

Check Also

ATEJADI, GADIS PEMETIK KOPI KARO, Biara Santa Clara, Sikeben

Atejadi turun dari bus Sinabung Jaya, bus khas tanah karo yang terkenal dengan nyali para …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *