PERJALANAN “TE QUIERO” (kisah indah selama di PERU)

Beberapa hari lagi Natal akan tiba. Marcel mengambil waktu untuk berlibur. Setelah bekerja keras di akhir tahun, sebaiknya mengambil waktu untuk berlibur. Jalanan di hampir seluruh kota Lima sudah dihiasi dengan lampu dan hiasan Natal. Lagu-lagu Natal juga sudah terdengar sejak beberapa bulan sebelumnya. Diskon belanja Natal bermunculan di semua supermarket. Orang beramai-ramai membeli Lotre Nasional akhir tahun, sambil berdoa pada nasib keberuntungan seandainya nanti menang lotre di akhir tahun, bisa jadi milyoner dadakan.

Marcel melangkah senang keluar kantor di tengah kota Lima yang dingin. Beban berat akhir tahun sudah selesai. Saatnya untuk berlibur. Marcel melangkah senang menuju apartemennya di Javier Prado. Marcel masuk lift, menuju lantai enam apartemennya. Ketika keluar lift, tiba-tiba Lisa, tetangganya, seorang perempuan dari Jepang memeluknya. Marcel kaget. Bau alkohol dari mulutnya menyadarkan Marcel bahwa Lisa sedang mabuk. Setelah itu Lisa terjatuh di depannya persis di lorong apartemen tersebut. Marcel memapahnya kembali dan membawa Lisa ke apartemennya yang masih terbuka. Dia meninggalkan Lisa di apartemennya lalu menelpon satpam untuk memberi tahu bahwa Ibu Lisa lagi mabuk dan tidak sadarkan diri di apartemennya. Akhirnya satpam datang untuk mengurus Lisa.

Marcel sebenarnya mengenal Lisa, karena sering bertemu di lift. Dia juga beberapa kali datang ke apartemennya untuk belajar bahasa Spanyol karena dia belum lancar berbahasa Spanyol. Dia sering bertanya tentang bahasa Spanyol dan tempat-tempat

wisata atau restoran di Peru kepada Marcel. Tetapi Marcel belum pernah melihat Bu Lisa minum alkohol dan mabuk seperti itu. Namun Marcel tidak mau berpikir banyak tentang Lisa yang mabuk, karena di dunia seperti sekarang semua orang bisa mabuk dan akses untuk mabuk sangat mudah di Lima ini. Apalagi di bulan Desember dan menjelang akhir tahun. Menemukan orang mabuk itu biasa. Dengan kata lain tidak mengherankan kalau seseorang bisa mabuk. Yang mengherankan Marcel adalah keanggunan Ibu Lisa yang selama ini tampil sangat rapi, sopan, energik, selalu tersenyum dan sangat berwibawa seakan-akan runtuh ketika ditemui dalam keadaan mabuk.

Marcel masuk ke apartemennya dan melihat tiket pesawat ke Machu Picchu sudah ada di atas meja. Besok, pagi-pagi dia harus ke bandara dan memulai adventure-nya ke Machu Picchu. Karena itu dia memilih untuk cepat-cepat tidur malam itu, supaya bisa bangun pagi dalam keadaan segar bugar. Marcel langsung masuk ke kamar tidurnya dan memilih untuk tidur.

 

Setelah kurang lebih sudah tidur dua jam, Marcel terbangun karena bunyi sirine di depan apartemennya yang tidak berhenti. Lalu dia mendengar, telepon di kamar tamu berdering, artinya satpam sedang menelponnya. Marcel langsung lompat dari tempat tidurnya, dia pergi ke ruang tamu dan ternyata bel apartemennya berbunyi juga. Dia melihat melalui jendela kecil di pintu apartemennya dan menemukan begitu banyak satpam di depan pintu apartemennya.

Satpam meminta tolong Marcel supaya mengizinkan mereka untuk menggunakan

jendela apartemen Marcel untuk menahan Lisa yang lagi duduk di jendela apartemennya dalam keadaan mabuk. Tidak biasanya orang membuka jendela malam-malam seperti ini sambil menangis dan berbicara sendirian. Dalam keadaan sadar atau tidak sadar, yang jelas Lisa butuh bantuan. Marcel mempersilahkan para satpam untuk menggunakan jendela apartemennya dan apa saja yang bisa digunakan supaya Lisa tidak keluar dari jendela lantai enam. Kehebatan para satpam sudah teruji, sehingga hanya dalam waktu kurang dari 10 menit mereka sudah mendorong Lisa masuk ke dalam apartemennya kembali.

Sebagai sesama orang Asia, Marcel diminta satpam kalau bisa berbicara dengannya. Mereka berpikir bahwa karena sesama Asia pasti bisa berbicara satu sama lain. Padahal bahasa Marcel dan Lisa berbeda. Namun demikian Marcel menerima ajakan satpam tersebut. Karena dalam hal seperti ini, hanya bahasa kasih dan kesabaran yang paling penting. Marcel masuk ke apartemen Lisa. Bantuan medis dari satpam membuat Lisa mulai sadarkan diri. Begitu melihat Marcel, Lisa memeluknya kembali dan menangis. Marcel diam saja dan mencoba untuk tidak membuat reaksi apa-apa. Lisa menangis.

Setelah lama menangis, Marcel bertanya dalam bahasa Inggris. Sengaja dia bertanya dalam bahasa Inggris biar para satpam di situ tidak memahaminya supaya Lisa tidak malu.

“Mengapa kamu mabuk? Apa yang terjadi dengan kamu?”

“Orang yang aku kasihi baru saja memutuskan aku dan dia langsung menikah dengan orang lain yang adalah orang yang

saya kenal juga! Saya stress! Saya minum dan mabuk!”, katanya dengan nada tinggi.

Mengetahui itu, Marcel memeluknya di tengah para satpam yang memperhatikan mereka. Lisa mulai tenang. Setelah cukup lama hening di tengah desahan tangisan Lisa, Marcel meminta satpam supaya mereka bisa pergi sekarang. Nanti kalau ada apa-apa Marcel akan menelpon mereka kembali. Marcel menceritakan apa yang terjadi kepada para satpam tersebut. Marcel pergi ke apartemennya membawa beberapa makanan ringan dan memberikannya kepada Lisa. Lisa lalu pergi ke dapur dan mengambil beberapa makanan ringannya juga lalu diberikannya ke Marcel. Mereka duduk saling berhadapan di apartemen Lisa. Di belakang mereka ada pohon Natal yang lampunya tidak menyala. Marcel menyalakan lampu pohon Natal tersebut. Lalu terdengar lagu “O Holy Night” dari pohon Natal tersebut.

Marcel menatap Lisa yang duduk di depannya. Lisa masih “berantakan”. Air matanya masih membasahi pipinya. Lalu Marcel melihat di atas meja, ada foto Lisa dengan seorang lelaki dalam sebuah bingkai yang indah. Marcel berpikir bahwa itu adalah saudaranya, karena wajahnya ‘hampir’ mirip dengan Lisa juga.

“Apakah ini saudaramu?”, tanya Marcel mencari tahu.

Tiba-tiba Lisa mengambil bingkai tersebut, sambil berdiri, dia membanting bingkai tersebut ke lantai. Sambil menangis, Lisa menghancurkan bingkai foto tersebut, yang sulit hancur dan butuh waktu untuk menghancurkannya karena bingkai foto tersebut sangat kuat. Lalu dia mengeluarkan foto dari bingkai tersebut.

 

Menginjak-injaknya. Merobek-robeknya. Kemudian melemparkan sobekan foto tersebut ke segala arah. Sebagian sobekan foto tersebut mendarat di badan Marcel. Marcel tunduk dan membiarkan Lisa mengeluarkan kemarahannya. Lalu Marcel mengumpulkan beberapa sobekan foto tersebut yang mendarat di bajunya. Melihat itu Lisa merasa bersalah dan datang membersihkan baju Marcel dari sobekan foto tersebut. Kemudian Lisa duduk kembali di hadapan Marcel. Marcel menuangkan air yang dari tadi ada di atas meja dan memberikannya kepada Lisa. “Kamu harus minum air”, kata Marcel tenang. Lisa menerimanya dan meminumnya.

Setelah cukup lama diam, Marcel mengajak Lisa jalan-jalan ke taman “Parque Guatemala” yang berada persis di belakang apartemen Javier Prado. Lisa setuju. Dini hari yang dingin, mereka ke taman. Lisa masuk ke kamar memakai pakaian dingin karena memang sekarang lagi musim dingin. Marcel membawa Lisa keluar, setelah dia mengunci apartemennya. Mereka melewati satpam yang lagi berkumpul di lobby apartemen sambil mengawasi apabila ada kejadian lain dengan Lisa. Marcel memberitahu satpam bahwa mereka mau jalan-jalan sebentar “mencari udara segar”. Marcel memastikan bahwa Lisa akan baik-baik saja.

Marcel menarik tangan Lisa yang ditutup sarung tangan musim dingin. Mereka berjalan ke Parque Guatemala. Lampu dan hiasan Natal menyelimuti taman itu. Keindahan suasana Natal tersebut hanya diiringi oleh suara air pancuran buatan di tengah dan di ujung taman. Marcel membayangkan bagaimana indahnya keheningan malam itu menyongsong Natal yang akan segera tiba. Tapi suasana hati

Lisa bertolak belakang dengan suasana hening tersebut. Dia sangat kecewa, mungkin ini adalah titik nadir paling bawah yang dialaminya dalam hidupnya. Marcel tidak mau berprasangka lebih banyak, tetapi dibiarkannya Lisa berjalan di sampingnya tanpa berbicara. Hati yang kecewa hanya bisa menemukan tempat berlabuh yang aman dan menyenangkan dalam keheningan.

Di tengah taman tersebut Marcel mengajak Lisa untuk duduk di sebuah bangku taman yang kosong. Bangku-bangku taman tersebut dibuat sebagai tempat duduk anak-anak yang bermain pasir di tengah taman tersebut. Mereka duduk berhadapan tanpa banyak bicara. Marcel memperhatikan wajah Lisa yang masih menyimpan kekecewaan, walaupun sudah berubah banyak, tidak seperti saat dia marah. Mungkin karena dingin, wajahnya yang putih kelihatan memerah. Lisa tahu bahwa Marcel sedang memperhatikannya.

 

“Marcel…saya mau minta maaf ya”, katanya dalam bahasa Spanyol yang terbata-bata sambil memeluk Marcel. Marcel balik memeluknya dan berkata, “Tidak ada yang perlu dimaafkan. Saya senang kalau kamu bisa melewati masa sulit ini. Dan kamu mesti yang jadi pemenangnya. Bukan korbannya”. Lisa diam dan mempererat pelukannya. Mereka diam sesaat kemudian saling memandang. Marcel juga mengenang pengalaman sulit yang pernah dialaminya seperti Lisa dulu.

“Lisa, kamu bisa lihat terang lampu dan hiasan yang ada?” tanya Marcel ke Lisa. Lisa mengangguk. “Taman Guatemala ini sebenarnya gelap. Tetapi menjadi terang karena ada lampu-lampu Natal yang menghiasinya. Sehingga taman yang gelap

ini berubah menjadi taman yang terang dan menyenangkan. Lisa…pengalaman hidupmu yang gelap itu akan hilang kalau kamu membuka taman hatimu menjadi terang, melalui harapan bahwa hidup itu indah”, kata Marcel dengan pelan-pelan di hadapan Lisa yang memperhatikannya dan mendengarkannya dengan seksama. Mendengar itu Lisa mempererat pelukannya

dan tidur di pundaknya. Marcel membiarkan Lisa tidur di pundaknya. Lisa tertidur sesaat.

 

Tiba-tiba satpam apartemen datang. Mereka memberikan sebuah surat dari travel agent untuk Marcel yang harus diberi sekarang juga, karena pagi ini Marcel harus ke bandara dan memulai liburannya. Lisa terbangun mendengar percakapan Marcel dengan satpam. (bersambung)

(mohon komentar Anda, untuk mendorong kami agar mengupload cerita selanjutnya)

 

Sponsored by KOPI LUAK LAUDATO SI´

 

Check Also

VIDEO BELAJAR BAHASA SPANYOL DASAR

PERTEMUAN 1 . . PERTEMUAN 2 . . PERTEMUAN 3 . . PERTEMUAN 4 . …

Deja un comentario

Tu dirección de correo electrónico no será publicada. Los campos obligatorios están marcados con *