Kupang, The City of Sport

Kupang is the City of Sport. Artikel ini saya awali dengan sebuah ‘jab’ yang terukur dan tearah, sebuah ‘jab’ yang memiliki potensi, kombinasi kecepatan dan kekuatan. Kupang the City of Sport adalah sebuah ide utopis. Kupang the City of Sport adalah sebuah mimpi. Sejatinya penulis bukan orang Kupang dan tidak mengenal Kupang, pun kalau mengenal hanya sebatas kacatama turis lewat.

Dua faktor penting yang dibutuhkan agar sebuah mimpi bisa terwujud. Faktor eksternal dan internal, alam dan sumberdaya manusia. Topografis tanah kota Kupang adalah berkah bagi mereka yang tinggal menetap di atas tanah yang penuh batu. Udara segara setiap hari mengalir dengan lembut, turun dari gunung menuju laut. Kita memang jarang bersyukur pada apa yang kita miliki, kita malah merindukan apa yang dimiliki oleh rumah tetangga. Udara yang bersih, kontur tanah yang naik-turun adalah faktor alam yang sangat ideal bagi seorang atlet. Kupang dikelilingi oleh laut dan gunung. Jika suasana gym membosonkan untuk latihan, atlit keluar ruangan dan dalam hitungan menit sudah dapat berlatih fisik di gunung atau di tepi pantai. Jika mereka bosan berlari di lingkaran stadion dengan view yang monoton, mereka bisa menikmati pemandangan alam sembari berlari. Kupang memiliki alam sebagai salah satu syarat menjadi  the City of Sport .

Tetapi faktor utama dan terutama adalah ‘manusia’ yang hidup di atas tanah tersebut, manusia yang menghirup udara tersebut. Untuk membuat kesimpulan Kupang is a sport city, penulis melakukan investigas ringan, melalukan wawancara langsung kepada para penduduk setempat yang tentu saja memiliki kualitas tertentu untuk memberikan penilaian. Semakin penulis gali, semakin keyakinan bahwa Kupang is  the City of Sport bukan mimpi tapi sebuah realitas. “Kami mencintai tinju, atletik. Itu seperti sudah ada dalah budaya kami, dalam darah kami. Tanpa bantuan pemerintah pun kami akan terus menjaganya. Alam kami membentuk kami memiliki kaki yang atletis. Alam membentuk paru-paru kami lebih kuat.”

Pernyataan itu adalah password atau pintu menuju the City of Sport . Pertanyaan selanjutnya adalah apakah mimpi itu akan menjadi mimpi pada malam hari di atas kasur yang empuk atau sebuah mimpi di atas ‘ring tinju’ yang penuh perjuangan dan persiapan matang. Jika melihat kegigihan para ‘petarung-petarung’ sport yang lahir dari NTT, maka tidaklah heran bila masyarakatnya berharap lebih besar daripada hanya sekedar sport event yang sifatnya eventual saja. Sudah saatnya mimpi itu menjadi mimpi bersama anak bangsa.

Solo dikenal dengan batiknya, Jepara dengan ukiran jatinya, Palembang dengan pempeknya, Gayo dengan kopinya, Ambon dengan suara manisnya, mengapa Kupang tidak menancapkan tugu semangat untuk menjadikan sebagai the City of Sport . Para pemangku kepetingan negeri ini sudah saat melihat Kupang sebagai Nacional Sport Center khsuusnya untuk olahraga individual. Tentu mimpi besar ini harus diberengi dengan sebuah kampus yang memiliki perhatian extra bagi SPORT MANAGEMENT, yang tugas dan misinya adalah membantun SPORT INDUSTRY yang bertaraf internasional.

Kegiatan olahraga yang ditata dengan sedemikian rupa akan menjadi income bagi pemerintah setempat yang pada akhirnya akan menjadi ‘ladang’ menari nafkah bagi tidak sedikit orang. Sport Tourism adalah salah satu bagian yang tidak lepas dari dunia industri parawisata dewasa ini. Event-envent olahraga di dunia modern selalu menghasilkan income baik secara langsung maupun tidak langsung. Sport even adalah the best way to promote your country. Spirit inilah yang menjadi internal drive Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah World Cup  U-20 tahun depan.

Apakah Kupang dapat mengambil ceruk kue besar World Cup U-20? Itu adalah pertanyaan yang menarik dan menantang. Seorang atlet sangat suka tantangan. Tetapi atlet membutuhkan promotor, promosi, wadah dan kebijakan pemerintah yang serius tertata, terarah dan berkelanjutan.

Para atlet sudah melakukan tugasnya, berlatih, bertanding dan membawa nama harum bagi daerahnya, sebut saja Hermensen Ballo, pelatih tinju timnas nasional yang namanya tetap harum, jawara tinju merah putih di  Olympic Summer Games Atlanta-USA 1996 and  Sydney-AustraLia 2000. Atau Brigjen Jhoni Asadoma, Wakapolda NTT, burung garuda tinju di Olympic Summer Games Los Angeles-USA 1984. Atau Eduardus Nabunome pelari semua kelas jarak jauh, mulai dari 5.000 meter, 10.000 meter  dan marathon. Atau Oliva Sadi srikandi di lintasan cepat 800 meter, 1.500 meter dan 3.000 meter. Atau Tersiana Riwurohi pahlawan jalan cepat di lintasan 5.000 dan 10.000. Rasanya tidak elok kalau tidak dimasukkan mutiara-mutiara lain seperti NeLson Oil, NeLson Mure, Yermias SaLLy, ALex MaiLau,Marthen MabiLaka, Karel Muskanan, Richard Muskanan, Deny Hitarihun, Atris Neolaka, Yanto Fallo, Serly Kase, Angelina Niis, Mario KaLi, Libertus Gha, Luky Hari, Imaculata Loda, Erniati Ngongo, Niky Dura, Dio Koebanu, Lomiaty Nyanyi  dan masih begit banyak nama yang layak masuk dalam urutan tinta emas altlet yang sudah mengibarkan merah putih[i]. Mereka adalah mutiara-mutiara hitam dari bumi NTT, mutiara-mutiara terindah dalam dunia sport TANAH AIR.

Mutiara itu telah muncul di permukaan dan telah dipulir hingga terkenang dan abadi dalam dunia sport NUSANTARA. Sudah saatnya matahari terbit dari timur, benar-benar terbit dan bercahaya. Mutiara yang sudah digali dari kedalaman tanah terdalam, hanya layak dan pantas diletakkan di tempat terindah dalam sebuah rumah. Anda-Anda adalah mutiara, tanah Anda adalah tambang ‘mutiara’.

Penulis menutup artikel kecil pendek ini dengan pesan Barbarro Fernandez Jimenez, pelatih kepala Tim Tinju Pra Olimpiade Tokyo 2020. “Lo más importante del sueño es ir al Gym preparándote mejor y mejor todos los días. Así se cumple tu sueño.¨ ( terjemahan : Yang terpenting dari mimpi adalah pergi ke gym dan berlatih setiap hari. Itulah caranya meraih mimpimu).  Salam Kupang the City of Sport

 

Advent Tambun

Eks wartawan TOPSKOR

Tulisan ini terbit di Victory News Paper, koran setempat

[i] Data informasi atlit diberikan oleh Hermensen Ballo

 

Check Also

La escultura megalítica Lore Lindu, prueba de una gran civilización en Sulawesi Central

Esculturas o estatuas de diversas formas parecen estar esperando la presencia humana para llegar al …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *