BERCINTA DI PASAR RAMAI CHINA TOWN GLODOK (1)

Persis di depan petak sembilan, Glodok.
Aku sih menunggu ojek untuk berangkat ke JEMBATAN LIMA..
Empat menit harus menunggu. Udara panas, disampingku penjual kopi DIAN.
“Kopi, Mas!”.
Aku hanya tersenyum kecil. Dia tidak tahu kepada siapa dia tawarkan kopi. Aku sengaja datang tangan kosong ke CHINA TOWN, tanpa membawa KOPI ARABIT (kopi plus plus).
Dia merayuku dengan senyumannya dan juga senyum wanita yang duduk disampingnya. Kedua senyuman itu membuatku luluh.
‘Ok. Kopi gula aren,” pintaku sembari meminta cepat kawatir kalau si mister ojek menunggu.
Di tanganku telah tergenggam secangkir kopi bin salabin karena cara buatnya lebih cepat dari kilat di langit. Setelah melakukan transaksi terbuka dan meneguk secuil rasa kopi Dian, aku bertanya.
“Istrinya, ya?” Tanyaku sepolos kucing dipangkuan tuannya.
“Iya,” jawab di cowok santai dan diikuti oleh anggukan si wanita.
“Coba pegagang tangannya,” pinta saya pada si wanita. Dan segejap itu mereka salih berpegang tangan.
Foto ini jadi saksinya kalau mereka memang suami istri dan menikmati panasnya teriak untuk mendapatkan sebutir nasi tanpa rasa basi pada malu yang kerap mengurung kesombongan diri….
LOKASINYA Di DEPAN PETAK SEMBILAN, CHINA TOWN…
Setelah membayar senyum mereka dengan senyum lain di bibirku, kutungganngi kuda ojek yang akan membawaku ke JEMBATAN LIMA untuk membeli TOPLESS KOPI LUWAK LIAR LAUDATO SI’ yang akan aku JUAL dengan BANGGA (baca: tanpa malu), dan akan menghadiahkany satu topless 100 gram kepada mantan DUTA BESAR UNI EROPA tanggal 21 dan 22 Januari saat kami LAUNCHING BUKU SEJARAH INDONESIA SPANYOL TAHUN 1600, kebetulan saya menjadi pengalih bahasa ke bahasa pertiwi dengan penerbit YAYASAN OBOR…(to be continued)

Check Also

Mi amor es el mejor

Panjang umurnya, panjang umurnya (Larga vida, larga vida) Panjang umurnya, panjang umurnya (Larga vida y gloria) …

Deja un comentario

Tu dirección de correo electrónico no será publicada. Los campos obligatorios están marcados con *