JIS, Vicente Calderon dan MH.Thamrin

Saya akan mulai tulisan ini dengan membahas secara singat tentang stadion Vicente Calderon. Selama lima tahun bekerja di harian olahraga ternama TopSkor tugas utama saya adalah melahap harian olah raga MARCA, koran dengan oplah terbanyak di Spanyol, mengalahkan El Pais, koran umum. Inti tugas itu adalah mencari berita-berita menarik dari la Liga dan memilahnya. Dan selanjutnya memilih yang paling tepat disampaikan kepada publik pembaca sport Indonesia.

Sayangnya, jarang sekali saya mendapatkan berita tentang stadion Vicente Calderon. Tentu saja, karena MARCA adalah corong berita Real Madrid. Berita tentang klub los blancos ini akan selalu menempati halaman pertama baik ketika mengalami kekalahan. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa berita tentang Stadion Santiago Bernabeu adalah menu utama, dan ditutup dengan menu tambahan seperti Camp Nou, rumah olahraganya klub Barcelona.

Terlepas dari kealpaan saya tentang Vicente Calderon yang telah dirubuhkan beberapa waktu yang lalu dan telah berdiri mengah stadion yang baru, tetapi fans Atletico Madrid (klub sepakbola pemilik stadion Vicente Calderon) tetap mengenangnya sebagai stadion yang bersejarah.

Jujur, saya pendukung Real Madrid tetapi selalu menarik perhatian  saya  untuk mengetahui mengapa ada orang muda kota Madrid dan sekitarnya yang menjadi pendukung  setia Atletico Madrid, klub kelas menengah yang kans menangnya tidak besar bila dibandingkan klub sekotanya Real Madrid. Klub Santiago Barnabeu dihiasi oleh  taburan pemain bintang los galaticos. Sebuah gambaran yang berbeda dengan bintang setengah cemerlang para pemain Atletico Madrid. Nah, jawaba atas pertanyaan  itu pernah saya peroleh dari anak ibu kost ketika saya kuliah di Alcala, kota pelajar 30 km dari kota Madrid. “Rasa bangga sebuah klub kelas menengah adalah bisa mengalahkan klub raksana karena kemenangan itu adalah sejarah yang akan dikenang.”

Kalimat itu bermakna luas dan dalam. Karena mereka, fans rojiblancos akan menunggu momen itu. Momen bersejarah.

Di Indonesia, negeri pencinta berat klub-klub Eropa terhitung dengan jari jumlah para pendukung tim asuhan pelatih Argentina, Diego Simone. Atletico Madrid kalah pamor dengan Real Madrid di mata para pencinta bola tanah air yang terbiasa bangun pukul 02 atau 03 pagi untuk menyaksian los blancos menari-nari di atas lapangan hijau. Singkat cerita, Stadion Santiago Bernabeu berbeda Vicente Calderon. Tapi kemenangan derbi Marid akan menjadi catatan sejarah Atletico Madrid. Real Madrid membiasakan diri dengan kemengan, sementara Atletico Madrid mencari catatan sejarah kemenangan.

Tetapi saya yakin bukan ini alasan utama ketika gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memilih Atletico Madrid sebagai salah satu tim pembuka berfungsinya Jakarta International Stadion. Mungkin faktor teknis semata. Sejatinya menampilkan klub Santiago Bernabeu dan Camp Nou di JIS akan menjadi sebuah berita wow, terlepas apapun yang akan menjadi hasilnya. Seperti yang saya sebutkan di atas, koran MARCA kemungkinan besar akan menurunkan berita tentang kemenangan atau kekalahan tim U18-nya yang bertandang di JIS. Sekiranya itu terjadi, maka dari sudut marketing dan promosi ide adalah sebuah loncatan, karena penggembar fanatik Real Madrid tidak hanya ada di Spanyol tetapi diseluruh dunia, bahkan di Indonesia. Sekali lagi, mungkin, masalah teknis sehingga pertandingan ideal, el classico U-18 tak terwujud di JIS, atau lebih tepatnya belum terjuwud.

Namun demikian, salah satu catatan sejarah adalah pasukan Vicente Calderon telah beradu jago di atas rumput JIS. Mereka telah menunjukkan kelasnya sebagai calon-calon pemain kelas A dunia. Tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti mereka akan kembali lagi merumput di JIS dan bercerita tentang masa indah sebagai pemain pembuka stadion yang menjadi kebanggan baru Jakarta, the new icon.

Bagi pencinta bola, bukan hanya menarik menyaksikan permaianan ngotot a la pasukan rojiblanco (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tim merah putih) tetapi juga mengetahui siapa tokoh dibalik pasukan merah putih itu. Vicente Calderon.

Vicente Calderon adalah salah satu pahlawan sepakbola bagi klub merah putih tersebut. Sekalipun nama stadion baru pasukan merah putih ini telah berubah menjadi Wanda International, sebuah perusahaan dari China, nama Vicente Calderon tidak akan pernah lepas dari mata hati pemain, staff, pengurus, dan fans Atletico Madrid di seluruh dunia. Nama stadionnya bisa diubah sesuai dengan permintaan pemilik modal, tetapi roh dan jiwanya tetap Vicente Calderon. Semangat dan perjuangan Vicente selama lebih dari 20 tahun memimpin klub merah putih itu akan terus dikenang, pun ketika namanya ditutupi sementara waktu oleh para pemilik modal. Bungkusya bisa berubah tetapi isinya tetap Vicente Calderon.

Sebuah icon atau sebuah monumen selau membawa pesan abadi, pesan yang tidak lekang digerus zaman. Maka wajarlah bila kita belajar dari dan kepada stadion Vicente Calderon yang menempatkan semangat pahlawan olaraganya sebagai roh perjuangan pasukan merah putih di lapangan hijau. Pasukan merah putih Vicente Calderon itu telah merumput di JIS dan meningalkan pesan yang sangat jelas: Jadikanlah Vicente Calderon yang berwarna nusantara!

Semangat mengenang sejarah dan menempatkan perjuangan para tokoh sejarah sebagai darah yang mengalir bagi pasukan tempur rumput hijau, sehingga ide memberikan nama pada icon baru sebagai stadion MH. Thamrin adalah layak dan pantas. JIS yang sejatinya berdiri megah di tanah Betawi layak membawa nama sosok besar masyarakat Betawi. Terlebih lagi menurut sejarawan JJ Rizal PSSI tanpa tangan dingin MH. Thamrin sulit terwujud kala itu. Masih menurut Rizal, visi sepakbola Thamrin, tumbuh dari kampung-kampung. Pada masa itu ia menilai bahwa jawara-jawara rumput hijau pribumi memiliki kualitas yang layak dipanggungkan tapi mengalami didiskriminasi pada zamannya.

Maka the new icon Jakarta dengan pemberian nama MH. Thamrin akan membangkitkan dan melahirkan semangat baru bagi nusantara khususnya bagi maryarakat Betawi, tuan rumah Jakarta.

Salam Olaraga
Advent Tarigan Tambun
RRI-VOI (Spanyol)

Check Also

Opini: MOHAMED SALAH yang SOLEH

Salah satu yang menjadi daya tarik sajian berita olahraga adalah goresan grafis yang artistik dan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *